Kemerosostan berfikir, dan kurangnya keimanan pada diri kaum muslimin pada akhir kekhilafahan Utsmaniyah, adalah salah satu sebab runtuhnya peradaban Islam yang sebelumnya telah memimpin dunia. Runtuhnya peradaban Islam ini tidak lepas dari intervensi pemikiran yang dilakukan oleh negara-negara Barat. Mereka menyusupi ide-ide dan pemikiran-pemikiran asing dengan tujuan memisahkan ruh keimanan pada diri pemuda muslim dengan harapan agar mereka jauh dari tuntunan Islam. Dengan terpisahnya ruh keimanan pada diri-diri pemuda muslim, maka akan mudah bagi mereka untuk merusak tatanan peradaban Islam, menghapus peradaban Islam, dan menjadikannya sebuah sejarah yang lapuk. Secara perlahan dan tak kenal lelah, mereka secara terus menerus berusaha sekuat tenaga untuk merusak generasi muda muslim agar mereka dapat meruntuhkan peradaban Islam dan menggantinya dengan peradaban mereka. Ketika pemikiran-pemikiran Barat dirasa sudah cukup diterima oleh pemuda muslim, mereka memulai dengan strategi kedua, yaitu menyusupkan budaya-budaya Barat yang sejatinya sangat bertentangan dengan Islam. Dengan persiapan dan strategi yang matang, akhirnya budaya Barat mudah sekali diterima setelah sebelumnya pemuda Islam diracuni oleh pemikiran-pemikiran Barat. Mereka terus memberikan pengaruhnya kepada dunia Islam tanpa mengenal kompromi, sehingga terjadilah zaman yang tidak pernah ada sebelumnya, yaitu kemerosotan berfikir umat Islam, zaman kegelapan bagi kaum muslimin sedunia. Zaman ketika para pemuda muslim benar-benar telah lemah keimananya, lemah jiwanya, dan lemah pula perekonomiannya. Pada masa inilah mereka mulai bertindak liar kepada seluruh kaum muslimin. Mereka selalu berusaha memaksakan kehendaknya kepada kaum muslimin untuk selalu tunduk kepada mereka. Berbagai ancaman mereka tujukan kepada kaum muslimin yang tidak mau menaatinya, bahkan tidak segan-segan mereka membunuhnya. Mereka selalu melakukan berbagai cara untuk memuluskan niatnya menghapus peradaban Islam dari peta dunia.
Pemuda Muslim, Aset Untuk Membangun Kembali Peradaban
Sebuah peradaban besar, dimulai dari cara berfikir para pemudanya. Jika para pemuda muslim sudah lemah dari sejak awal berfikir, maka membangun sebuah peradaban adalah hal yang utopis. Namun jika para pemuda muslim memiliki pemikiran yang cemerlang dan mendalam, tingkat optimisme yang tinggi akan sebuah kesuksesan, diiringi dengan keimanan yang mantap dalam dirinya, maka membangun sebuah peradaban adalah suatu keniscayaan. Membangun peradaban sebuah hal yang realistis dan pasti jika diperjuangkan terus menerus tanpa rasa lelah.
Membangun peradaban, dimulai dari dunia pendidikan. Kampus adalah institusi pendidikan yang mampu mendidik para pemuda muslim untuk menjadi sang pioneer peradaban. Dalam dunia kampus, pendidikan tidak hanya diajarkan melalui pendidikan yang dikurikulumkan saja. Namun ada pendidikan di luar itu yang kelak mampu mendidik seorang mahasiswa untuk memiliki nilai lebih. Pendidikan itu akan mampu membentuk karakter pemuda untuk menjadi seorang pejuang suatu ideologi. Apakah itu ideologi Islam yang memperjuangkan syariah, atau ideologi lain yang tidak sesuai dengan Islam. Menjadi pioneer dalam membangun peradaban Islam, atau malah menjadi pemuda yang turut mempertahankan peradaban rusak yang ada saat ini. Semua itu tergantung pada corak ideologi yang dimiliki dunia kampus. Ketika dunia kampus sangat kondusif akan ilmu-ilmu Islam, pergolakan pemikiran Islam sangat masif di tengah-tengah mahasiswa, pemikiran-pemikiran Islam mendominasi lingkungan kampus, opini-opini keislaman bergema dengan kuat, maka akan mudah bagi lahirnya pemuda muslim yang memiliki keimanan yang mantap. Namun ketika kemungkaran dalam dunia kampus lebih dominan, pemikiran-pemikiran Islam tidak nampak, opini-opini keislaman pun tidak terdengar, maka akan sangat sulit didapati seorang pemuda muslim yang berkarakter Islami.
Dari kepribadian pemuda Islam yang Islami inilah, maka akan terpancar nilai-nilai Islam di dalam dirinya. Kekuatan aqidah yang ada di dalam dirinya akan mampu memimpinnya dalam mengambil setiap keputusan dalam menjalani kehidupan. Pemuda muslim dengan pemuda yang biasa-biasa saja, memiliki perbedaan dalam menyikapi permasalahan. Keduanya seperti yang telah banyak dipahami, bahwa pemuda muslim akan selalu menjadikan aqidah Islam sebagai landasan berfikir dan kepemimpinan berfikir. Mereka akan menjadikan halal dan haram sebagai tolak ukur mereka dalam mengambil keputusan dan bertindak. Mereka akan memikirkan pertanggungjawaban atas apa yang difikirkan dan dilakukannya. Karena itu mereka menjadikan aqidah Islam sebagai landasan berfikir dan kepemimpinan berfikir. Mereka menjadikan Islam sebagai tuntunan dalam semesta aktivitas mereka. Sehingga mereka memang patut untuk diharapkan untuk menjadi pioneer pembangun peradaban. Mereka menjadi harapan umat untuk mengemban amanah agung ini. Membangun peradaban dunia.
Berbeda dengan pemuda yang biasa-biasa saja, dalam berfikir mereka akan menjadikan kepentingan pribadinya sebagai landasan untuk bertindak. Semua aktivitas yang mereka lakukan akan dipimpin oleh landasan berfikirnya, yaitu kepentingan pribadi. Semua yang dilakukan adalah upaya untuk mencapai keberhasilan dari kepentingan mereka. Mendapatkan sesuatu yang mereka impikan tanpa pernah merasa bahwa yang mereka lakukan tidak benar. Dengan kata lain mereka memisahkan permasalahan agama dalam kehidupannya. Berkeyakinan bahwa agama hanyalah mengurusi masalah ritual saja. Tidak pernah agama mengatur ursan mereka dalam berkeluarga, berwirausaha, berpolitik dan bergaul dengan masyarakat, sehingga mereka tidak pernah berfikir bahwa apa yang difikirkan dan diperbuatnya akan dipertanggungjawabkan olehnya dihadapan Allah. Hal inilah yang terjadi saat ini ketika mereka menebang hutan sembarangan tanpa memikirkan dampak kerusakan ekosistem. Mereka tidak segan-segan merusak alam untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Mereka melupakan tuntunan Islam dalam menjaga kelestarian alam dan keseimbangan ekosistem. Mereka sungguh tidak bisa diharapkan untuk memimpin umat dan membangun peradaban dunia.
Pemuda yang mampu merubah peradaban adalah pemuda yang berakal, bertaqwa dan menguasai Iptek. Pemuda merupakan generasi baru yang akan meneruskan kepemimpinan dunia. Pemuda yang tidak memiliki keimanan, maka seluruh pemikiran dan perbuatannya akan jauh dari Islam. Begitu juga dengan pemuda yang beriman, maka seluruh pemikiran dan perbuatannya akan sesuai dengan Islam. Pemuda yang beriman dan menguasai Iptek akan berusaha berpijak kepada Islam dalam segala aktifitasnya. Mereka selalu sktif menelurkan ide-ide kreatif untuk kemajuan Iptek dengan dorongan keimanan dan ibadah. Pemuda inilah cikal bakal pemuda yang diharapkan berkontribusi untuk tegaknya peradaban Islam. Pemuda yang hanya menguasai Iptek namun tidak beriman, maka keahliannya sangat sulit diharapkan untuk turut berkontribusi membangun peradaban. Bisa jadi sebaiknya, dengan keahliannya ia malah menghambat kembali hadirnya peradaban Islam.
Merekalah Pemuda Muslim Harapan
Sudah saatnya bagi pemuda muslim untuk terbangun dari tidurnya. Bersatu menyambut panggilan suci ini untuk membangun kembali peradaban Islam. Peradaban yang sedang diperjuangkan merupakan peradaban yang sudah pernah ada. Olehkarenanya membangun peradaban yang sudah pernah exist adalah sesuatu yang lebih mudah daripada membangun peradaban yang belum pernah tergambarkan sebelumnya. Namun meskipun lebih mudah, perjuangan ini tetap harus sungguh-sungguh dan serius. Perjuangan tersebut tidak boleh lepas dari pijakan Islam. Semua aktifitas perjuangan harus sesuai dengan nila-nilai Islam, baik itu pemikirannya, maupun metode perjuangannya. Semuanya harus terbebas dari virus-virus pemikiran Barat. Perjuangan tidak bisa dilakukan secara personal, tetapi dilakukan secara berjamaah. Perjuangan berjamaah akan mampu membentuk dan mengantarkan pemuda dari pemuda biasa-biasa saja menjadi pemuda muslim yang tangguh. Ingatlha bahwa domba yang sendirian akan lebih mudah untuk dimangsa.
Pemuda muslim pejuang yang tangguh ialah pemuda yang menjadikan iman dan taqwa sebagai energi bagi mereka. Para pemuda muslim yang yakin bahwa lelahnya mereka dalam membangun peradaban Islam, sama dengan lelahnya yang dialami oleh pemuda-pemuda lain yang kini sedang menghalangi mereka dalam upaya membangun peradaban Islam. Mereka termotivasi dengan keimanan bahwa usaha mereka tidak akan disia-siakan oleh Allah dalam membangun peradaban. Sudah selayaknya bagi para pemuda muslim untuk terus bergerak dan berjuang dengan sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah untuk membangun peradaban yang penuh dengan rahmat. Dakwah tak akan berhenti ketika dakwah telah menyatu dalam dirinya dan mengalir bersama aliran darahnya. Dakwah laksana nutrisi layaknya oksigen yang akan membangkitkan sel-sel dalam tubuh untuk terus tunduk dan patuh kepada Allah dan siap sedia untuk mengemban misi suci dari Dzat Yang Mahasuci.
Ketika pemuda muslim merasa bahwa dirinya adalah agen yang ditugaskan oleh Allah di bumi, menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai peta perjuangan, maka akan terlahir seorang pemuda muslim yang tangguh, yang akan menggerakkan dan menjadi pematik bagi pemuda-pemuda Islam yang lain untuk turut menjadi pemuda muslim tangguh berikutnya. Para pemudah muslim tangguh inilah yang akan membangun sebuah peradaban raksasa yang agung, yang pernah berdiri meliputi dua pertiga dunia hingga lebih dari 13 abad, yang kelak menjadi pusat peradaban dan mercusuar bagi lahirnya sains dan teknologi. Peradaban ini tentunya peradaban yang bermoral, memiliki nilai-nilai Islam dan mengemban risalah Islam agar terwujud Islam rahmatan lil ‘alamin. Mereka ingat, bahkan tertanam dan tertancap kuat dalam benaknya bahwa pertolongan Allah itu amat dekat. Mereka meyakini bahwa kemenangan itu akan segera kembali. Itulah janji Allah yang tertuang dalam al-Quran. Sebuah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya. Olehkarenanya, sebuah proyek raksasa ini harus secepatnya disadari oleh seluruh komponen pemuda muslim agar mereka mulai tersadarkan dan mulai bergerak tak kenal lelah untuk terus memperjuangkannya. Berjuang serius, berjuang berjamaah, dan berjuang ikhlas untuk menegakkan agama Allah melalui institusi yang diridhai-Nya. Wallahu a’lam. (Oleh : Yanuar Ariefudin, BKLDK Semarang)
0 komentar:
Posting Komentar